Ini Jalanku
Akhir-akhir ini Aku merasa bingung dengan posisiku sekarang. Apakah ini yang memang benar-benar Aku inginkan? Menjadi seorang calon PNS?
Pertanyaan itu selalu berkecamuk di pikiranku, Aku yang dulu bercita-cita menjadi seorang pilot ketika TK, Aku yang dulu bercita-cita menjadi seorang atlet bulu tangkis ketika SD sampai SMP, dan Aku yang dulu bercita-cita menjadi seorang pengusaha ketika SMK. Pilot? Aku rasa tidak, Atlet bulu tangkis? Juga tidak, dan pengusaha? Masih setengah-setengah, hanya belajar berbisnis kecil-kecilan dari jualan pulsa sampai sekarang bisnis online baju batik. Dibalik cita-citaku itu terdapat impian untuk sekolah yang tidak berujung menjadi Pilot dan Atlet bulu tangkis, bagaimana dengan pengusaha? Masih ada harapan. Tegasku.
Hidup memang banyak pilihan, ketika kita telah memutuskan sesuatu, maka itulah pilihan kita, tidak ada yang salah, ini hanyalah pilihan. Apa Aku salah telah keluar dari jalur cita-citaku? Tidak, lagi-lagi ini adalah pilihan, pilihanku untuk memutuskan terjun ke dunia birokrat.
Lalu kenapa pertanyaan-pertanyaan diatas selalu membayangi pikiranku? Mungkin karena Aku merasakan betapa sedihnya jauh dari keluarga tercinta. Ya, jauh dari keluarga memang resiko yang harus dihadapi ketika memilih terjun ke dunia ini. Tapi, bukankah cepat atau lambat kita pasti akan jauh dari keluarga? Iya, semua orang pasti akan mengalaminya, hanya masalah waktu yang membedakan orang satu dengan yang lainnya. Mungkin Anda yang sedang membaca ini sudah mengalami sebelum Aku mengalaminya atau bahkan Anda belum mengalaminya? Oke, tunggu saja, pasti akan tiba saatnya.
Di dalam lubuk hatiku yang paling dalam sebenarnya ingin rasanya selalu dekat dengan keluarga, namun Aku harus penuhi panggilan nusa. Walaupun keluarga jauh di mata, namun akan selalu dekat di hati. Pikirku.
Kuliah di kampus itu butuh mental dan telinga yang kuat, apalagi kalau ditempatkan di jurusan kuning. Calon koruptor, itulah yang keluar dari mulut kebanyakan orang ketika bertemu denganku, Aku hanya bisa memberikan senyuman termanisku, entah apa yang ada di pikiran mereka, Aku yakin pasti mereka hanya bergurau saja. Penerus Si X, lagi-lagi itulah yang kebanyakan orang katakan kepadaku. Tidak tahukah betapa susahnya berjuang hidup-hidupan untuk bisa menjadi bagian dari kampus itu, setelah menjadi bagian pun perjuangan masih panjang. Momok DO menjadi hal yang mengerikan setiap semester atau bahkan DO ketika ujian pun juga bisa kalau mencontek. Ya, mencontek sama dengan bunuh diri di sini. Setelah lulus apakah perjuangan sudah berakhir? TIDAK, kami dibayang-bayangi lagi dengan yang namanya penempatan. Mungkin sebagian ada yang ditempatkan di kota-kota besar tapi sebagian lagi ditempatkan di tempat yang bahkan mereka tidak tahu sebelumnya tempat itu ada di peta Indonesia. Setelah penempatan apakah perjuangan telah usai? Lagi-lagi TIDAK, kami masih dibayang-bayangi yang namanya mutasi, mending kalau mutasi ke tempat yang sesuai dengan keinginan kita atau setidaknya tempat yang baik menurut kita, nah kalau sebaliknya bagaimana? Ya syukuri saja, hidup memang penuh perjuangan. Setiap orang berjuang di bidangnya masing-masing dan Aku memilih untuk berjuang di bidang ini.
Tulisan ini bukan menandakan kalau Aku tidak bersyukur dengan posisiku sekarang, justru Aku sangat bersyukur berada di posisiku sekarang, targetku ke depan adalah menjadi abdi negara yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa dan negara.
29 Maret 2017
Salam dari bumi khatulistiwa